Penjahat Legendaris Berhati Patriotik
Posted by: Unknown Posted date: 04.21 / comment : 0
Kusni Kasdut. (Ist)
KITANEWS.COM - NAMA Kusni Kasdut di era 70-an menjadi buah bibir hampir di semua kalangan. Pria legendaris dengan kaki timpang kirinya ini terjun ke dunia hitam setelah sempat menjadi pejuang kemerdekaan Indonesia. Pada masa revolusi kemerdekaan, ia tergabung tak resmi sebagai laskar rakyat yang bahu membahu bersama TNI.
Justru kebingungan menghinggapinya setelah akhir masa revolusi. Niat bergabung secara resmi dengan TNI ditolak. Ia kian menambah daftar pengangguran di negeri ini. Akibat ekonomi sulit, Kusni terpaksa menghidupi anak dan istri dari hasil merampok.
Waluyo adalah nama asli anak petani miskin di Blitar yang dihukum mati atas sejumlah kejahatan yang dibuatnya. Sebut saja, mulai dari menembak mati seorang polisi di Semarang, lalu membunuh saudagar kaya asal Arab dan merampok empat artefak di Museum Gajah serta sebelas permata di Monas.
Semua perbuatan jahatnya dilakukan usai ia bergabung dengan Bir Ali, yang merupakan suami penyanyi Ellya Khadam. Dengan modal sebuah pistol, secara kejam dia merampok dan membunuh saudagar kaya asal Arab, Ali Badjened dari dalam mobil jeep yang dikemudikannya.
Satu tahun kemudian adalah aksinya yang paling menggemparkan, yaitu pada Mei 1961 ia merampok secara membabi buta di Museum Nasional Jakarta. Dengan menyamar ala polisi, ia menyandera dan menembak mati seorang petugas museum.
Dalam aksinya, Kusni berhasil membawa sebelas permata. Namun malang tak dapat ditolak, ia tertangkap saat menggadaikan permata tersebut di Semarang. Petugas pegadaian yang curiga segera melapor ke pihak berwajib dan ia segera ditangkap.
Perlu diketahui, Kusni adalah penjahat ‘antik’, ia merampok barang-barang antik dan tak segan-segan untuk membunuh korbannya untuk menghilangkan jejak. Pria bertubuh kurus itu pun dijuluki sebagai Robin Hood Indonesia karena hasil rampokannya yang dibagikan kepada orang miskin.
Namun, apapun alasannya, kejahatan tetap kejahatan. Ia divonis hukuman mati atas sejumlah kejahatan yang telah dilakukannya. 16 Februari 1980 adalah saat dimana ia menjalani eksekusi hukuman matinya.
Dikenal sebagai si kancil yang gesit dan banyak akal, Kusni membuktikan dengan berhasilnya ia kabur dari penjara sebanyak tujuh kali. Hukuman tetaplah hukuman. Sebelum menjelang ajalnya, ia sempat bertaubat usai bertemu dengan pengemuka agama katolik, ia pun memutuskan untuk menjadi pengikut setianya yang langsung dibaptis dengan nama Ignatius Kusni Kasdut.
Detik-detik menegangkan adalah saat sembilan jam terakhir Kusni. Ia meminta agar istri, Sunarti dan anak serta menantu menemaninya sambil menikmati makanan enak terakhir, yaitu ayam goreng, sayur capcai dan mie.
Sebagai wujud pertaubatannya, Kusni membuat sebuah lukisan dari batang pohon pisang yang mana sampai sekarang lukisan itu masih terpajang di dinding gereja Katedral, Jakarta Pusat. Ya, lukisan itu adalah gambar gereja itu sendiri lengkap dengan menara dan arsitektur bangunannya yang unik.
Sebagai kenang-kenangan, sebuah puisi sebagai lambang pertaubatannya, ditulisnya dengan berjudul haru biru:
Kehidupan adalah perlawanan tanpa penyesalan.
Kesalahan hanyalah lawan kata kebenaran.
Selanjutnya engkau pasti tahu.
Tahun 1976 ku bertobat.
Semua yang ada tak selalu terlihat.
Jarak antar saat begitu dekat.
Situasilah yang memaksa dan membuat ku berlari.
Rindukan terang.
Pada pekat malam ku terjang.
Serpihan paku, kaca dan kawat berduri.
Bulan tak peduli turuti kata hati.
Hati menderu-deru, belenggu memburu.
Beradu cepat dengan peluru.
Kusadari hidupku hanya menunggu.
Suara dua belas senapan dalam satu letupan.
Satu aba-aba pada sasaran.
Yaitu ajalku.
Justru kebingungan menghinggapinya setelah akhir masa revolusi. Niat bergabung secara resmi dengan TNI ditolak. Ia kian menambah daftar pengangguran di negeri ini. Akibat ekonomi sulit, Kusni terpaksa menghidupi anak dan istri dari hasil merampok.
Waluyo adalah nama asli anak petani miskin di Blitar yang dihukum mati atas sejumlah kejahatan yang dibuatnya. Sebut saja, mulai dari menembak mati seorang polisi di Semarang, lalu membunuh saudagar kaya asal Arab dan merampok empat artefak di Museum Gajah serta sebelas permata di Monas.
Semua perbuatan jahatnya dilakukan usai ia bergabung dengan Bir Ali, yang merupakan suami penyanyi Ellya Khadam. Dengan modal sebuah pistol, secara kejam dia merampok dan membunuh saudagar kaya asal Arab, Ali Badjened dari dalam mobil jeep yang dikemudikannya.
Satu tahun kemudian adalah aksinya yang paling menggemparkan, yaitu pada Mei 1961 ia merampok secara membabi buta di Museum Nasional Jakarta. Dengan menyamar ala polisi, ia menyandera dan menembak mati seorang petugas museum.
Dalam aksinya, Kusni berhasil membawa sebelas permata. Namun malang tak dapat ditolak, ia tertangkap saat menggadaikan permata tersebut di Semarang. Petugas pegadaian yang curiga segera melapor ke pihak berwajib dan ia segera ditangkap.
Perlu diketahui, Kusni adalah penjahat ‘antik’, ia merampok barang-barang antik dan tak segan-segan untuk membunuh korbannya untuk menghilangkan jejak. Pria bertubuh kurus itu pun dijuluki sebagai Robin Hood Indonesia karena hasil rampokannya yang dibagikan kepada orang miskin.
Namun, apapun alasannya, kejahatan tetap kejahatan. Ia divonis hukuman mati atas sejumlah kejahatan yang telah dilakukannya. 16 Februari 1980 adalah saat dimana ia menjalani eksekusi hukuman matinya.
Dikenal sebagai si kancil yang gesit dan banyak akal, Kusni membuktikan dengan berhasilnya ia kabur dari penjara sebanyak tujuh kali. Hukuman tetaplah hukuman. Sebelum menjelang ajalnya, ia sempat bertaubat usai bertemu dengan pengemuka agama katolik, ia pun memutuskan untuk menjadi pengikut setianya yang langsung dibaptis dengan nama Ignatius Kusni Kasdut.
Detik-detik menegangkan adalah saat sembilan jam terakhir Kusni. Ia meminta agar istri, Sunarti dan anak serta menantu menemaninya sambil menikmati makanan enak terakhir, yaitu ayam goreng, sayur capcai dan mie.
Sebagai wujud pertaubatannya, Kusni membuat sebuah lukisan dari batang pohon pisang yang mana sampai sekarang lukisan itu masih terpajang di dinding gereja Katedral, Jakarta Pusat. Ya, lukisan itu adalah gambar gereja itu sendiri lengkap dengan menara dan arsitektur bangunannya yang unik.
Sebagai kenang-kenangan, sebuah puisi sebagai lambang pertaubatannya, ditulisnya dengan berjudul haru biru:
Kehidupan adalah perlawanan tanpa penyesalan.
Kesalahan hanyalah lawan kata kebenaran.
Selanjutnya engkau pasti tahu.
Tahun 1976 ku bertobat.
Semua yang ada tak selalu terlihat.
Jarak antar saat begitu dekat.
Situasilah yang memaksa dan membuat ku berlari.
Rindukan terang.
Pada pekat malam ku terjang.
Serpihan paku, kaca dan kawat berduri.
Bulan tak peduli turuti kata hati.
Hati menderu-deru, belenggu memburu.
Beradu cepat dengan peluru.
Kusadari hidupku hanya menunggu.
Suara dua belas senapan dalam satu letupan.
Satu aba-aba pada sasaran.
Yaitu ajalku.
Sumber: Kriminalitas.com

About Unknown
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Popular Posts
-
Foto: Ist KITANEWS.COM - Berjodoh dengan Fakultas Kedokteran, Kak Seto lantas memutar tujuan dan masuk Fakultas Psikologi Universita...
-
Nama Lengkap : Jamal Mirdad Alias : No Alias Profesi : Artis Agama : Islam Tempat Lahir : Kudus Tanggal Lahir : Kamis, 7 Apri...
-
Foto: Ist KITANEWS.COM - KETIKA Kalijodo ramai diperbincangkan di media, titik utama yang dibayangkan tidak jauh dari prostitusi. L...
-
Foto: Ist KITANEWS.COM - Penyiar Fox Sports, Erin Andrews, menaikkan nilai gugatan perdata terkait kasus video telanjangnya yang d...
-
Foto: Ist KITANEWS.COM - Anne Frank, remaja putri Yahudi penulis buku harian yang menjadi gambaran peristiwa upaya Nazi membunuh etnis...
-
Kusni Kasdut. (Ist) KITANEWS.COM - NAMA Kusni Kasdut di era 70-an menjadi buah bibir hampir di semua kalangan. Pria legendaris deng...
-
Foto: Ist KITANEWS.COM - Sel tahanan bagi sebagian orang adalah momok menakutkan, tapi tidak dengan Yulian Paonganan. Meski mendekam...
-
Presiden Republik Indonesia Kedua, Syafruddin Prawiranegara. (Ist) galerisulut.com - Terlepas dari pernah tidaknya diajari di bangku...
-
Kitanews.com - Jalan poros di ibu kota Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), yakni akses di Ujoh Bilang yang mengubungkan ke kampung Long Ba...
Tidak ada komentar: